Bagian terbaik dari sebuah penantian adalah berakhirnya penantian itu sendiri. Kadang, kita nggak bisa menebak apa yang bakal terjadi dalam hidup. Kita berencana A, yang terjadi malah Z. Kita berdoa minta Z, yang datang malah A, misalnya. Kalau saya sedang amazed atau wondered sama apa yang terjadi, saya merasa kalau Tuhan juga punya a good sense of humor. Dia juga suka kasi kejutan. Surprise us with the grand Master’s plan–which nobody can pay a price to sneak into not even a bit.
###
Teringat saya kemudian sama sebuah sore beberapa bulan yang lalu. Seorang anak Adam membawa dirinya dari Indonesia ke Singapore dengan niat tulus, mimpi yang indah tentang sebuah ikatan, dan masa depan bersama seorang wanita yang tinggal dan bekerja di Singapore. Tidak bisa saya lupa, bagaimana dia meneruskan niat untuk menjadi lifetime partner si wanita, dengan suara yang bergeletar, muka yang pucat tidak terkontrol, di bawah cahaya redup malam dingin. Demi saat itu, si wanita tau, jika pria itu tidak bermain2 adanya.
Tidak juga saya lupa, bagaimana dia mengutarakan lifetime planningnya, rencana masa depan soal rumah, tempat tinggal, pekerjaan, dimana si wanita juga ternyata sudah menjadi bagian dari rencana-rencananya. Dia datang dengan rencana yang solid, dengan keyakinan yang tidak terpatahkan, ibarat struktur gedung kokoh yang sudah disenjatai teknologi anti gempa hingga tidak akan roboh oleh goncangan kuat sekalipun.
Si wanita yang seperti trauma dengan kegagalan terdahulu, tidak tau harus berbuat apa. Di pikirannya, gambaran pria itu berada di bagian otak yang sama dengan “keluarga” dan “sahabat”. Pria itu sudah seperti Kakak sendiri, sudah 7 tahun bersahabat dan saling mengenal, susah senang bersama, sulit rasanya jika gambaran pria itu harus dipindahkan ke ruangan yang lain, ruangan “lifetime partner”. Tapi ia pun berserah pada Yang Kuasa. Bukan cuma sekali saja, dia mendengar cerita anak Adam dan Hawa yang akhirnya bersatu di ikatan suci tanpa diduga sebelumnya. Ada yang tadinya teman TK. Ada yang tadinya sahabat. Ada yang tadinya klien di tempat kerja. Ada yang tadinya teman gereja. Ada yang tadinya teman online saja. Bahkan ada yang tadinya cuma saling tabrakan di toko CD Musik, lagi sama2 beli CD musik Secret Garden misalnya. Si wanita benar2 tidak tau harus menjawab apa, sampai akhirnya dia cuma bisa menjawab, “Aku ngerti maksud kamu, yaudah aku doain dulu, aku minta petunjuk dulu sama Tuhan ya.. karena aku sendiri nggak tau harus gimana ”
Akhirnya, waktu berjalan dan si pria pulang ke Indonesia dengan segenap harapan di dada. Terbayang olehnya masa depan yang indah dengan cinta, bersama si wanita. Sementara si wanita menanti jawaban dari Maha Pemberi Keputusan, si pria dengan sangat setia mengirimkan email, SMS, menelepon, sekedar bertanya kabar dan bercerita tentang hal2 yang dilaluinya sehari2. Setiap baca email dari si pria, si wanita merasa trenyuh. Ada selaksa kagum di hati, manusia mana lagi yang bisa se-faithful ini?
Hari berjalan, dua bulan berlalu. Musim masih sama :p
Si wanita akhirnya diberi “clue”. Sesudah penantian panjang, pria itu harus menerima jawaban yang tidak diharapkan.
Sampai disini, adilkah Tuhan? Penantian panjang seharusnya dibalas dengan realita yang diinginkan. Perjuangan yang berat seharusnya dibalas dengan sesuatu yang bahagia. Kebaikan seharusnya dibalas dengan keindahan. Ah, kata siapa? 😉
Saya jadi teringat sama satu line kalimat yang selalu tertanam di pikiran saya, “If God is mighty enough to ignite the sun, could it be that He is mighty enough to light your path?” Tiga kata. Don’t give up. Dia menerangi kita menuju path yang Dia hunjuk. Jadi jangan menyerah. Pernah nggak liat orang yang sudah hampir putus asa belum punya keturunan, eh malah dikasi anak pas umur 40. Atau seorang pasien yang hampir menyerah karena nggak ada golongan darah yang cocok, eh dapet donor di last minute. Atau sudah putus asa nungguin bus nggak dateng2 dan memutuskan naik taksi aja, eh si bus datang tepat sebelum taksinya lewat. Jangan putus asa ya.
Saya pun turut mendoakan si pria yang—mungkin harus menata ulang mimpi2nya, dan men-delete bagian dimana wanita yang dilamar turut menjadi subjek. Yang mungkin mulai besok ketika bangun pagi dan seketika mematikan semua neuron otak yang masih saja berpikiran spontan tentang si wanita. Yang mungkin tidak akan menemukan wanita itu lagi, di setiap hirup aroma kopi sorenya. Agar padanya, Dia menerangi path yang dituju dan mengiringinya menemukan “the half soul”. Sehingga ketika tiba waktunya, dia akan menyambut dengan penuh suka cita dan membuat keputusan yang ia tidak akan sesali seumur hidup 😉
Is the road long? Don’t stop.
Is the night black? Don’t quit.
God is watching. For all you know right at this moment… the job offering may be in the mail. The apology maybe in the making. Don’t quit.
For if you do, you may miss the answers to your prayers. Just trust Him, with all your heart 😉
sorry my child….
there is no grand plan.
(this explain why children died every 5 sec in africa, etc, etc)
you’re your own. decide your own. and fight your own.
anyway u get my point. dont give up and dont stop…but i cant help you
God.
My fault … Sorry… ^_^
For God above me,
Sorry to put you at your uncertain position and gray role.
But for the writer, I will clap my hand to appreciate your beautiful expression to give human (ex : God above me) a guide to life.
^_^
As-sjalom Eileichem