Doa Terpaut Jarak.

Dua bulan berlalu sejak postingan saya yg terakhir.  Lucu rasanya, saya berkejaran dengan waktu dan tidak pernah menang.

###

Taksi yang membawa saya dari Bukit Batok menuju Toa Payoh pun berpacu dengan waktu. Lajunya kian tinggi, berbarengan dengan hujan yang semakin deras. Saya menggigil di dalam taksi. Sakit kemarin masih menyisakan nyeri di kepala, rupanya minum painkiller saja memang nggak cukup. Di tengah dingin yang menusuk, dan bulir2 hujan yang membasahi kaca mobil, teringat saya akan percakapan di telepon dengan Mama.

Saya sedang bertanya kabar, ketika kemudian Mama bertanya, “Kamu sakit ya, Chi?”, mungkin juga suara saya terdengar lagi sakit.

Saya jawab agak ragu, cuman bilang kalau kemarin saya minta izin pulang dari kantor karena sakit yang sama; nyeri yg teramat sangat di kepala, dan berakhir dengan keluarnya semua isi lambung. Sudah sering seperti ini. Tapi kali ini beda. Kali ini saya mendengar Mama menangis, suaranya hilang, seperti sambil terisak. Akhirnya saya dengar beliau bilang, “Mama doain Echi cepat sembuh ya.. tapi Mama sedih, pas kamu sakit gini, Mama nggak bisa ngurusin karena jauh… “

Ah,  sebenarnya tadi bukan cuman Mama yang nangis–saya juga. Baru kali ini saya mendengar Mama menangis di telepon, dan kali ini saya pun merasakan hal yang sama. Lama sekali rasanya saya menantikan seorang yang biasa saja, dengan segelas air di tangan kala saya terbaring sakit–seperti juga yg dinantikan oleh Dee. Seperti saya belum punya ‘rumah’. Atau juga, terlalu banyak ‘rumah-rumah’ yang tampak seperti rumah tapi bukan rumah. Saya galau. Hati berasa sudah begitu lama saya jauh dari rumah, apakah ini berarti saya harus segera pulang?

Kembali lagi saya memandang ke luar jendela. Hujan semakin deras diluar sana, tampaknya saya harus berlari kencang keluar dari taksi. Sebelum menerobos hujan, sempat terbersit, apapun itu alasannya, terpaut jarak jauh selamanya–dari orang2 yg saya sayangi tidak adil buat siapapun. Dan saya nggak bisa selamanya begini.

2 thoughts on “Doa Terpaut Jarak.

  1. @TonySubiyanto says:

    menarik chi ..
    saya pun mengalaminya
    tentu dengan tingkatan yang berbeda
    saya hanya berjarak kota dan kota
    echi berjarak negara
    dengan orangtua, orang yang kita cinta
    tapi keinginan kita sama ..

    pulang!

    you will go .. back home
    when the time is right
    when? well, listen to your heart ..
    and you will know when

    sharing soundtrack ni .. 🙂

    —————————————

    jelajahi waktu
    ke tempat berteduh hati kala biru

    dan lalu…
    sekitarku tak mungkin lagi kini
    meringankan lara
    bawa aku pulang, rindu!
    segera!

    —————————————

  2. Mampe Sirait says:

    Lucu rasanya, saya berkejaran dengan waktu dan tidak pernah menang.


    sesulit apapun itu, jgn pernah mengaku kalah

    g’luck plen

    🙂

Leave a Reply