Monthly Archives: October 2009

Pulang

Lebih dari enam tahun sejak saya menjejakkan kaki pertama kali di Pulau Jawa. Enam tahun, setelah warna warni cerita–susah senang yang jika dituliskan ke sebuah buku atau novel, mungkin akan sangat membingungkan; terlalu banyak aktor, terlalu banyak tempat yang berbeda, terlalu banyak keluh kesah. Banyak cerita. Bagaimana mulanya seorang anak manusia yang ingin masuk Fakultas Ilmu Komputer UI terdampar di jurusan yang salah hingga harus mengulang SPMB sebelum akhirnya masuk ITB. Ah, tentu saja hidup kita semua istimewa.

Selama itu saya tidak pulang. Well, walaupun saya tinggal di Bandung selama 5 tahun, saya menganggapnya rumah kedua saja. Balige, kota kecil di pinggiran danau Toba adalah rumah saya. Dimana orangtua saya berada.

Jadi, 16 Oktober saya menjejakkan kaki disini lagi.

SDC10936

 

 

 

 

 

 

 

 

Seiring umur yang juga sudah bertambah 6 tahun, seharusnya banyak hal yang berubah dan mengubah wajah kota. Ternyata tidak sama sekali. Masih nggak ada mall disana. Sepanjang mata memandang masih sawah hijau. Cuma cat rumah yang sudah mengusam. Dan waktu yang telah berlalu, yang seketika melingkarkan cincin di jari manis teman2 masa kecil. Waktunya menikah dan membina keluarga, untuk sebagian orang.

Ah, hidup rasanya jadi begitu singkat. Rasanya masih seperti kemarin saja. Kerinduan akan pulang sedikit terobati. Inilah seni merantau. Kita belajar sangat banyak hal; mandiri, teruji, mencoba jadi pribadi yang lebih baik. Bukan berarti kita nggak bisa belajar di tanah kelahiran sendiri, tapi keluar dari zona nyaman dan menguji, sejauh apa kita bisa bertahan, sedalam apa komitmen kita tertanam. Karena di perantauan, kita hidup sendiri dan jauh dari orang2 yang kita sayang. Dunia orang lain yang kemudian menjadi dunia kita juga. Dan seolah-olah saat kita pulang, kita telah berubah jadi pribadi yang sangat jauh berbeda; yang sukses, yang didambakan lelaki sekampung, yang menjadi tokoh idola adik2.

 

3stars of 7stars
Dua malam saja saya habiskan disana. Dua malam, dan begitu banyak kenangan yang berputar kembali. Tentang pertemuan dengan Erika dan Cinda–Part of 7Stars. Tetangga yang memeluk cium. Guru kepala sekolah yang masih saja mengelu-elukan saya, sebagai anak kebanggaan Pak Surya Budhi. Dan ayah seorang teman yang tidak tau bahwa akhirnya saya memilih ITB, dan tetap mengira bahwa saya sudah jadi seorang dokter. Dan paman, bibi, beserta ponakan yang bilang sekarang saya cantik seperti artis Korea. Hahaha! Apakah saya dulu memang jelek sekali? 🙂

Waktu weekend terasa sangat singkat, karena perjalanan Medan-Balige saja hampir 6,5 jam. Dan dua malam yang saya habiskan di Medan kemarin tampaknya mengisyaratkan pertemuan kedua. Akhir November saya akan pulang lagi. Ayo, para perantau! Pulanglah, kunjungi kampung halaman. Membawa hati yang haus kasih, dan pulang dengan kobaran semangat di dada.

Ohya, ada oleh2 foto Danau Toba yang saya jepret dari dalam bis yang melaju kencang. Lain kali, saya bawa oleh2 yang lebih dahsyat! 😀

Tagged ,