Daily Archives: September 8, 2009

Seminggu Di Negeri Orang

Disinilah saya sekarang. Jauh dari keluarga dan sanak saudara, teman-teman, dan kekasih. Berada diantara kehidupan yang begitu terorganisir, yang saya tidak pernah pikirkan sebelumnya : bekerja dan menetap di Singapore.

Sejak 30 Agustus, saya terdaftar sebagai expat (cielah, expat, hahaha). Sejak landing di Changi pun saya sudah curiga dengan aksen Inggris warga disini : antara Chinese-India-Pakistan-Melayu. Percakapan sehari-hari pun tidak didominasi dengan kontak mata, tetapi pengamatan pergerakan mulut secara intens 🙂

 

IMG_0961

Officer dari Park Avenue menjemput dari Changi, Indian, namanya Anand. Saya kaget awalnya, dijemput dengan Mercy E-class! 😀 Trus langsung diantarkan ke Park Avenue Suites, sebuah apartemen di bilangan UE Square. Siapa yang memilih apartemen ini? Bukan saya lho, untung gratis sampai beberapa bulan ke depan (taulah ya maksudnya), hahaha.

Apa donc beda Indonesia sama Singapore? Singapore sangat terorganisir: menyeberang harus pada tempatnya, mau naik taksi harus ngantri, nggak boleh meludah sembarangan, jumlah kendaraan yang dibatasi, dll. Tapi yang paling mengusik hati nurani saya yang paling dalam adalah biaya hidup disini sangat mahal.

Di awal-awal, sebelum membeli sesuatu, saya akan menghabiskan beberapa menit pertama untuk menghitung2, kira2 barang XXX berapa ya jika dikonversikan ke Rupiah. Ternyata malah bikin pusing 🙂 Rupiah menghilang dalam waktu sekejap. Misalnya, saya beli Carefree di Indonesia, harganya sekitar 4000an. Disini = $ 4.5, sekitar IDR 31.950. Untuk sekali makan dengan nasi, harga rata-ratanya $ 5.5, sekitar $ 39.050. Bayangkan kalau makan 2 kali sehari, berapa pengeluaran per bulan. Tapi ternyata expense terbesar masyarakat Singapura bukan pada pangan melainkan sandang. Jarang diantara penduduk yang memasak sendiri makanannya, beli saja cukup, jualan minyak goreng di negeri ini nggak akan laku, soalnya masyarakat memilih gaya hidup sehat tanpa minyak. Wow!

Dari segi lifestyle, semua orang tampak berdandan, apapun occationnya: semua dressed up. Saya sempat kaget pas kunjungan Career Talk di NTU, dalam rangka sosialiasasi Global Graduate Trainee. Cewe-cewe memakai dress, tank top, make up, dan high heels ke kampus. Lucu juga ya kalau kuliah jadi seger-seger 🙂 Saya malah sempat berpersepsi kalau nggak ada orang miskin di Singapore. Ternyata nemu dink, nemu pengemis, di Clarke Quay, tapi baru satu itu :p
Jika ditanya apakah saya betah, saya belom bisa jawab betah. Teman se-batch saya bersepuluh, dari Indonesia, Kenya, Vietnam, Nigeria, South Africa, Shanghai. International exposure yang menjanjikan tapi harus membayarnya dengan harga yang mahal : jauh dari semua, jauh dari orang2 yang dekat di hati. Kerinduan yang tak terbendung dan membengaknya tagihan telepon. Saya jadi ingin belajar pada orang2 yang ada disini, bagaimana bisa bertahan dan menikmati semuanya. Bagaimana kita bisa tetap sholat, sementara di kantor dan mall2 nggak ada mushola dan harus cari ruangan meeting yg kosong setiap sholat. Bagaimana tetap bisa puasa dengan khusyu sementara hampir semua karyawan lain nggak puasa dan suasana Ramadhan yang tak terasa.

SDC10146

 

 

 

 

 

 

 

 

Pengamen disini harus modal, soalnya ngamennya harus pake alat musik beneran, gak bisa kocrek-kocrek ala pengamen2 di negeri kita. Semua teratur, semua terorganisir, semua aman, tampaknya nggak ada copet. Tapi bukan berarti kita bisa percaya sama semua orang. Yang ini, karena saya mengalami ditipu sama seorang Ibu2 😛

Jadi ceritanya, saya menanyakan bus mana yang harus saya gunakan jika saya harus ke Plaza Singapura dari Liang Court. Sebenarnya bisa saja saya lihat di bus map info, tapi saya nggak yakin nama jalannya. Dia pun menyebutkan “54” dengan yakin, mantabh, dan semangat 45. Saya pun naik. Eh, sesudah rada jauh, saya semakin gelisah, koq rasanya ini bus malah belok ke kiri. Semakin jauh, semakin jauh, saya akhirnya turun dari bus. Glekh, saya tersesat di negara kecil, hahaha, nggak gue banget. Trus ada seorang India Pakistan menghampiri, saya pun menjawab pertanyaannya dengan baik, sebelum akhirnya dia memaksa saya menyimpan nomor HP nya. Dia terus mengikuti saya karena saya nggak mau. Akhirnya saya menyeberang, dan langsung naik bus lain ke arah yang berlawanan. Hari itu, akhirnya saya jalan kaki, kira2 45 menit. Alhamdulillah, nyampe apartemen dengan selamat sentausa 🙂

10123_159607255199_589810199_3595068_5359970_n
Ohya, hal-hal lucu seputar Singapore juga banyak. Di Orchad – Takashimaya, ada sebuah toko yang menjual sex toys. Namanya House of Condom. Ada begitu banyak variasi barang2 menyerupai jamur, ups! 😛

Di Singapore, wanita yang nggak pake bra mudah dijumpai, tampaknya pake bra memang bukan bagian dari kebiasaan mereka, hahaha. Tapi yang ini masih butuh survey lebih lanjut 🙂

Week end kemaren, ada teman dari Indonesia yang menyeberang dari Batam, bersama rombongannya. Kerinduan makan makanan Indonesia terobati, si Kiki Bawain mie instan dan chicken wings. Ohya lupa, Tolak Angin. Di Singapore nuggetnya nggak enak, hahaha. Bahkan kebanyakan tempat2 makan Indonesia kurang bercita rasa Indonesia, mungkin karena udah terjadi assimilasi budaya juga diantara chef disini 🙂

Oiya, ada kah yang punya kenalan di Singapore? Kasih tau saya donc, hitung2 punya teman senasib di negeri orang 🙂