OK, H-3 menjelang akad pernikahan saya dan Ai, anggap saja saya mau latihan bercerita kalau ditanya sejarah (cielah, sejarah) ketemu Ai hingga akhirnya memutuskan untuk menikah 😉
***
Soundtrack : Alexander Rybak – Funny Little World
Maret 2011. Suatu malam sehabis makan di Orchard bersama Nisa, di Singapore. Selama menunggu bus pulang, saya sibuk chatting di Yahoo Messenger dengan seorang teman, via iPhone saat itu. Mungkin karena saya sedang tidak fokus, selang beberapa menit sesudah saya duduk di bus, saya menyadari iPhone sudah raib dari tas. Mulailah kehidupan saya tanpa iPhone.
April 2011. Boss bilang kalau saya akan dikirim ke Indonesia di akhir Mei. Saya pun mikir, untuk mengganti iPhone yg hilang mendingan beli Blackberry saja karena akan ditempatkan di Jakarta, dan konon katanya di Jakarta hampir semua insan bergantung ke Blackberry. Jadilah saya beli Blackberry.
Mei 2011. Dapat kabar bahwa saya baru akan dikirim ke Jakarta di bulan Juli. Tapi sudah punya blackberry, jadi sudah bisa terhubung ke teman2 kuliah di Bandung dan Jakarta. Hingga si Harry Kakek, seorang sahabat di PSIK meng-invite saya bergabung di Group PSIK ITB. Admin groupnya lebih senior lagi, dipanggil Ai. Kebiasaan anak2 PSIK berdebat dimana2 ternyata kebawa juga sampe di group blackberry sekalipun. Masih teringat jelas pada suatu hari ketika saya berdebat sama senior2 soal satu topik sensitif. Selaku salah seorang pengurus senior, Bang Ai pun ikut menengahi, lantas meng-add PIN BB saya, berusaha memberikan pengertian.
Juni 2011. Ai bertanya kapan saya akan kembali ke Jakarta, dan bertanya saya akan ditempatkan di kantor mana (karena Unilever di Indonesia ada 2 kantor). Beliau mengundang untuk ikutan acara2 PSIK nanti sesudah di Jakarta.
Ai juga bilang bahwa beliau ingin mengenal saya lebih dekat. Katanya dulu kira2 begini, “Daripada nanti pas sudah disini dekat2 tapi sebenarnya ada maksud, mending Ai bilang sekarang. Ai pengen kenal Echi lebih jauh dan pengen serius sama Echi”.
Waktu itu saya mikir, ada sesuatu yang ndak beres dengan ini pria. Banyak alasan yang mendukung opini saya saat itu. Pertama : Dulu di kampus memang pernah ketemu beberapa kali tapi kami TIDAK saling kenal. Kenal saja belum, kenapa bisa yakin katanya mau kenal lebih dekat? Kedua : Dia adalah teman sekelas mantan pacar saya yang terakhir, sehingga itu sudah jadi nilai kurang. Tidak pernah saya kepikiran untuk pacaran sama temannya atau sahabatnya mantan saya. Ketiga : Saya adalah tipe orang yg percaya pada intensitas perasaan yang berbanding lurus dengan komunikasi. Semakin sering ketemu dan berhubungan, baru perasaan ‘dekat’ bisa terbangun. Tanpa intensitas tersebut, saya meragukan kualitas perasaan yang diungkapkan. Maka alasan ketiga adalah ketidak’sreg’an saya dengan dia yang menyatakan ingin serius padahal saya sama dia tidak pernah mengenal secara intens sebelumnya. Pesan2 darinya pun berakhir dengan jawaban dingin dari saya.
4 Juli 2011. Adalah pertama kalinya saya menjejakkan kaki di Unilever Indonesia. Tiba di kantor sekitar jam 9:00 an, di pintu masuk saya melihat seorang kurir yang memegang buket bunga yg indah. Dalam hati saya bilang, “Lucky the woman who gets these flowers. Those are too beautiful”. Lalu saya berjalan menuju meja, dikenalkan dengan Pak Sigit, dan anggota tim sekantor. Habis berkenalan dengan tim sekantor, saya dipanggil sama Mbak Lis, sekretaris tim.
“Mbak Yessi, ini bunganya buat Mbak”.
Saya pun terperangah. Ini adalah bunga yang saya lihat diantarkan kurir tadi. Saya terima bunganya, saya kira ini bunga selamat datang dari tim. Sampai kemudian saya buka tulisan di luar kartunya :
Kepada Yessi, yang baru datang dari Singapur hari ini
Spontan saya ketawa membaca deskripsi penerima. Ternyata jawaban2 dingin saya tidak membantunya sama sekali. Untungnya dia tidak mengirimkan ke kantor Unilever yang satu lagi, berkat bocoran dari Sasky. Dan kemudian saya baca pesan dari pengirimnya. Hati saya bergeming. Sedikit.
Tidak berapa lama kemudian, benar saja Ai mengajak ketemu. Karena bingung mau ketemu dimana, saya undang saja datang ke apartemen. Begitu saya turun dari taksi, Ai ternyata sudah menunggu di lobby. Entah karena sudah terlalu lama saya tidak melihat wajah2 pria Indonesia (di Singapore pria2 tidak ganteng), saya merasa wajah Ai berubah. Lebih ganteng. Entahlah. Mungkin karena dulu saya tidak memperhatikan sama sekali 😉
Pertemuan pertama, kami berdoa bareng. Mungkin Tuhan memang sudah mempersiapkan shortcuts. Shortcut pertama : Ibadah sebelumnya bersama mantan2 pacar tidak pernah demikian syahdu. Menghadap Dia bersama dia untuk pertama kali, rasanya tenang dansejuk. Hati saya seperti bilang, ini yang saya inginkan. Sejak zamannya saya berangan2 soal Buku, Lampu, dan Cokelat Hangat, ibadah bersama pasangan hidup adalah salah satu momen kesejukan keluarga yang utama.
Shortcut kedua : Diantara sekian banyak apartemen di Jakarta, Unilever menempatkan saya di apartemen The Kuningan Place, Rasuna. Jalan keluar apartemen Rasuna adalah kantor Komisi Pemberantasan Korupsi, yang langsung berhadapan dengan kantor Wisma Bakrie II, kantor Ai. Seperti Tuhan menyiapkan segala sesuatunya agar mudah. Agenda setiap hari pun tidak jauh2 dari menghabiskan waktu bersama. Masak bareng, nonton TV dirumah. Gimana nggak, jarak antara kami berdua cuma sebatas menyeberang jalan 😉
Shortcut ketiga : Sesudah lebih mengenal satu sama lain, kami baru menyadari kalau kampung halaman kami sama2 di Medan. Keluarga Ai adalah keluarga Aceh yang sudah lama pindah ke Medan, sementara keluarga saya ada di Medan dan Siantar. Tentu saja ini seperti mukzizat. Dari sekian banyak pria, harus alumni ITB, dan harus ketemu sama orang Medan pula? 😉 Akhirnya, libur Lebaran kemarin pun bisa kami habiskan untuk pulang kampung bareng, karena tujuannya sama, bisa naik pesawat yang sama, dan tentunya, mengenal orangtua masing2 😉 Shortcut, karena bulan Desember 2011 akhirnya saya dipindah lagi ke Vietnam untuk bekerja dengan Unilever Vietnam.
Ah, kalau disuruh cerita langsung, wajah saya sudah pasti tersipu2. Tdak pernah kepikiran akan memutuskan untuk menikah dengan teman sekelasnya mantan pacar. Tidak pernah kepikiran untuk menikah dengan senior di unit & organisasi kampus yang sama. Tidak pernah kepikiran juga akan jatuh cinta dengan kesederhanaan, dan ketidaksempurnaan hubungan kami.
Dari sini, tidak ada hal yang lebih besar yang saya bisa janjikan tapi cinta. Untuk mendengarkan, menemani, mendukung, mengasihi, bersabar, berteman, dan bersahabat dengan lifetime partner saya. Untuk selalu bersama dalam sakit dan sehat, dalam susah dan senang, dalam kekurangan dan kelebihan, saat miskin dan kaya. Untuk menerima masa lalu yang sudah menjadi bagian dari kisah hidup kami. Untuk sama2 belajar dari kegagalan kegagalan terdahulu, dan memutuskan untuk menjalani path kehidupan yang sama mulai kini.
So I thanked Blackberry, Jakarta, and Prayer that brought me to my soulmate 😉
Oh jadi bukan yang dulu ya Chi ? #wadezig!
🙂
seperti aku yang pacaran ga pake lama2 langsung jadi langsung sreg dan ga punya waktu untuk merasa ragu…
selamat lagi, aku menanti cerita cerita panjang beserta foto2 nya.
add pin bb ku dong? maybe we’ll thank it someday ? 🙂
Bukan Mbak Shasyaaaa…. 😉
Ya namanya juga zaman dlu anak muda pacaran, kudu dicoba yang mana yang cocok..hihihi
Will add your PIN, for sure we’ll thank it someday 🙂
Love.
Aaaaak echiiii udah mau nikaaaah aja. Pgn jg kyk cerita echi, step by stepnya beruntun gt, ada tahapannya dan pd akhirnya merasa yakin
Ntar kalau udah nemu juga nyadar sendiri, Tur. Yang merancang step by step nya kan Dia, bukan kita 😉
Dear Echi, mohon maaf ternyata aku gak jadi datang ke Medan, ada taanggung jawab lain yang harus dikerjakan. Happy wedding yah! Semoga semuanya lancar!
Nevermind, Puti. Doa saja sudah cukup. Semoga lancar2 hajatannya 🙂
terharu dan merinding bacanya … walaupun uda pernah denger sebelumnya pas makan di Marina seafood. ah i miss you echioooo !!! xoxo
Marina Seafood mana sih Kk Mir.. emangnya gw pernah ceritain ya.. ahhahaha :p
happy wedding ya echi sepupuku,.. gw ikut seneng ya dgr kbr baik itu,. maaf bgt gw gk bs dateng krn ada hal yg hrs gw kerjain n deadline.. sekali lg maaf ya, tp doa tulus gw buat lo agar kebahagiaan yg telah d anugerah kan Nya semakin lengkap n saling jaga apa yg telah d miliki ya,.. goodluck ecii,. <3<3
Aku nggak ketemu Ivo juga! Padahal Wany, Windy ketemu, uhuhu. Makasih Ciwek! 🙂
chi berarti akadnya udah yakk..? 🙂 selamet ya, barrakallah.. turut bahagia, smoga bisa saling menguatkan, membahagiakan, menentramkan hingga tua.. amin.
Amin, terimakasih ya, Acil 🙂
ah echi! tulisan yang bagus 😉
happy wedding echii…
Ini bukan tulisan, ini curhatan :p Terimakasih Nanda 🙂
woow, keren yaa.. banyak shortcut yang menyenangkan 😉
congrats ya chi 🙂 semoga bahagia selalu, selamanya.. Aamiin..
Because God make everything beautiful in His time, no? Terimakasih ya Cici Fera 🙂