Daily Archives: December 22, 2011

Desember di Ho Chi Minh

Saya pernah berjanji sama Bapak, bahwa jarak tidak akan kelak membuat saya lupa pada Yang Maha Kuasa.

***

Sudah 3 minggu saya di Ho Chi Minh. Rutinitas sehari tidak banyak berubah : weekdays bekerja dan weekend libur. Yang beda cuman sekarang saya nggak banyak menghabiskan banyak waktu di luar kantor, dari toko ke toko, dari pasar ke pasar seperti ketika di Sales – JKT.  Disini saya lebih banyak menghabiskan waktu di kantor, well-masih sesekali keluar kalau ada meeting2 atau trade visit.

Dulu waktu tahun 2009 saya pertama kali pindah ke Singapore, saya ikut inter-cultural training. Tujuannya selain untuk mempermudah adaptasi di negara yang belum pernah ditempati, juga tentunya mengenalkan budaya setempat. Sehingga kejadian culture shock itu bisa diminimalisir, dan tujuan awal assignment (untuk bekerja) bisa berjalan maksimal. Waktu itu juga, saya belajar bahwa umumnya, orang yang pindah / relokasi dari 1 negara ke negara lain akan mengalami 3 fase. Fase I adalah fase honeymoon. Ini 3 bulan pertama, dimana tingkat excitement yang tinggi membuat si expat akan sangat tergerak untuk eksplor dan eksplor negara yang baru ditempatinya. Seperti turis. Dibilang honeymoon tentunya karena fase ini adalah bagian yang indah.  Layaknya turis yang sedang berlibur, pengin kesana kemari menemukan hal2 menarik soal si negara barunya. Lalu, fase II adalah fase Kesepian. Ini sampai dengan 6 – 9 bulan sesudah pindah, dimana setelah mengalami fase honeymoon, baru kerasa kalau ternyata di negara baru ini, kok sepi ya. Tidak bisa lagi pakai bahasa lokal, dan mulai terjebak dalam rutinitas (tentu saja, sesudah 3 bulan kerjaan di kantor hitungannya bukan induction lagi). Di fase ini, banyak yang mulai stress dan bahkan kepikiran untuk pulang saja, ke negara asalnya. Sedangkan fase III adalah fase dimana seorang expat sudah bisa menikmati rutinitas dan kesepiannya, dan sudah tau solusinya; sudah settling in.

Di kepindahan kali ini, entah kenapa saya merasa fase I dan II datang bersamaan. Mungkin karena saya sadar betul kalau ini adalah rotasi terakhir saya, tidak ada hasrat berlebih untuk bertualang sana sini, eksplor sudut2 kota. Well, nggak sepenuhnya nggak ada sih. Hasrat bertualang over weekend masih ada, cuma kadarnya nggak se-menggebu2 dulu. Kesepian, iya. Sudah ikutan di acara2 warga Indonesia tapi belum nemu teman main yang seumuran dan klop, karena kebanyakan masyarakat Indonesia yg tinggal disini jg sudah menikah.

Makanya, waktu 3 minggu masih saja terasa panjang.  Panjang juga kerasa karena saya kesulitan beradaptasi dengan makanan. Bagian ini, sulit digambarkan. Mulai dari aroma makanan yang tidak cocok, sampai rasa yang terasa tidak cocok di lidah, entah karena saya memang belum nemu makanan yang tepat. Mungkin saya belom terbiasa. Sarapan pagi pun sebisa mungkin bernutrisi tinggi, agar bisa buat saya bertahan sampai siang, in case siangnya nggak ada makanan yang termakan di kantor.

 Soal kerjaan sekarang. Adaptasi di kantor, tidak sulit. Tim kooperatif sekali. Orang2nya pun baik. Hanya saja kalau lagi meeting, nggak selamanya lancar jaya. Dengan English yang terbata2, kadang meeting jadi lama dan komunikasi tidak sinkron. Jadilah untuk meeting2 internal selalu pake Bahasa Vietnam, dan saya kecele sendirian. Well, di bagian ini saya tidak bisa complain banyak. Tapi untung saja, creative works dan meeting dgn agency masih membuat English itu eksis. Jadilah saya tidak sia-sia 😉

So far, saya suka Vietnam. Nature orang2 yang tidak rushing seperti orang2 di Singapore. Mereka banyak menghabiskan waktunya untuk ngopi dan minum–bersenang2 sama teman. Seperti halnya juga Indonesia, komuni sangat kuat. Mereka suka mengelompok. Dengan begitu, saya bisa survive. Tapi tentu saja, selalu saja ada hal2 baru setiap hari–disini.

Masih banyak betul lika liku Vietnam yang ingin saya pelajari. Belajar soal Vietnam tidak berhenti pada kenyataan bahwa mereka kebanyakan atheis. Pedagang2 di Benh Than market yang terkenal. Tidak juga berhenti di fakta bahwa prostitusi juga ternyata tidak lagi awam. Atau moment unik ; pemandangan wanita2 cantik nyetir sepeda motor pake high heels dan rok mini. Atau 2 orang sopir taksi yang datang kebut2an menjemput 1 calon pelanggan. Atau kebiasaan karaoke, minum kopi dan massage dengan frekuensi tinggi setiap bulan. Atau Hanoi yang punya 4 musim, dan Da Lat yang konon katanya bagus buat shooting foto Pre-wedding.

Ah, masih banyak yang saya pingin pelajari, masih banyak yang mau saya kunjungi, tapi harapan saya cuma satu :

Bahwa keberadaan saya disini, menjadi berkat. Buat siapapun.