Rasanya, Yang Maha Berencanamemang nggak pernah kehabisan ide untuk membuat hidup kita lebih berwarna. Persis kayak sekarang ini, hidup saya dibuat fluktuatif dengan amplitudo yang membuat jantung berpacu kencang tanpa kesempatan bernafas.
Ibaratnya saya lagi berjalan di panas Matahari yang menyengat, kemudian diguyur hujan beberapa detik kemudian–tanpa tanda2 apapun. Seperti halnya juga naik kora2 di Dufan, badan dihempas dari ketinggian ke titik tertinggi ke titik terendah dimana jantung serasa berlompatan mau keluar. Drastis.
Keadaan yang harus berubah tiba2–rasanya di belahan dunia manapun sama impactnya. Perasaan gak siap. Perasaan, “Kenapa harus secepat ini, Tuhan? Dan.. kenapa harus begini?” Perasaan seolah2 dari kemarin kita diarahkan menuju ke satu path tertentu, dimana kemudian sesudah menjalaninya sepenuh hati, kita harus belok. Ke jalan baru yang asing.
Saya jadi teringat sebuah lagu yang dikasih sama seorang teman, yang intinya bilang kalau seorang manusia mungkin bisa menaklukkan hal2 tersulit di dunia dan berbangga hati dengan itu semua. Tapi tetap saja, tanpa Dia, kita nggak berarti apa2. Liriknya humble. Tapi jujur, seperti berserah diri. Ikhlas.
A man will climb the highest mountain
Fly to the moon and come back home
I stand up high in the pouring rain
Have flashing thunder on my head
A man swim the deepest ocean
Some will sail around the world
I’ll stand alone on a cemetery
Search the world of the undead
But I still won’t live Without Your Love
Adhitia Sofyan – Without Your Love
Lalu kita mendapati diri kita berjalan di suatu path, dengan saudara, dengan sahabat yang siap berada disana, dengan masalah yang buat kita lebih kuat, dengan kehilangan, dengan melepas, dengan ikhlas menjalani, dengan berserah diri, dengan berbaik sangka, dengan tidak berhenti berusaha.. dengan yang Maha Menemani 🙂