Disinilah saya sekarang. Jauh dari keluarga dan sanak saudara, teman-teman, dan kekasih. Berada diantara kehidupan yang begitu terorganisir, yang saya tidak pernah pikirkan sebelumnya : bekerja dan menetap di Singapore.
Sejak 30 Agustus, saya terdaftar sebagai expat (cielah, expat, hahaha). Sejak landing di Changi pun saya sudah curiga dengan aksen Inggris warga disini : antara Chinese-India-Pakistan-Melayu. Percakapan sehari-hari pun tidak didominasi dengan kontak mata, tetapi pengamatan pergerakan mulut secara intens π
Officer dari Park Avenue menjemput dari Changi, Indian, namanya Anand. Saya kaget awalnya, dijemput dengan Mercy E-class! π Trus langsung diantarkan ke Park Avenue Suites, sebuah apartemen di bilangan UE Square. Siapa yang memilih apartemen ini? Bukan saya lho, untung gratis sampai beberapa bulan ke depan (taulah ya maksudnya), hahaha.
Apa donc beda Indonesia sama Singapore? Singapore sangat terorganisir: menyeberang harus pada tempatnya, mau naik taksi harus ngantri, nggak boleh meludah sembarangan, jumlah kendaraan yang dibatasi, dll. Tapi yang paling mengusik hati nurani saya yang paling dalam adalah biaya hidup disini sangat mahal.
Di awal-awal, sebelum membeli sesuatu, saya akan menghabiskan beberapa menit pertama untuk menghitung2, kira2 barang XXX berapa ya jika dikonversikan ke Rupiah. Ternyata malah bikin pusing π Rupiah menghilang dalam waktu sekejap. Misalnya, saya beli Carefree di Indonesia, harganya sekitar 4000an. Disini = $ 4.5, sekitar IDR 31.950. Untuk sekali makan dengan nasi, harga rata-ratanya $ 5.5, sekitar $ 39.050. Bayangkan kalau makan 2 kali sehari, berapa pengeluaran per bulan. Tapi ternyata expense terbesar masyarakat Singapura bukan pada pangan melainkan sandang. Jarang diantara penduduk yang memasak sendiri makanannya, beli saja cukup, jualan minyak goreng di negeri ini nggak akan laku, soalnya masyarakat memilih gaya hidup sehat tanpa minyak. Wow!
Dari segi lifestyle, semua orang tampak berdandan, apapun occationnya: semua dressed up. Saya sempat kaget pas kunjungan Career Talk di NTU, dalam rangka sosialiasasi Global Graduate Trainee. Cewe-cewe memakai dress, tank top, make up, dan high heels ke kampus. Lucu juga ya kalau kuliah jadi seger-seger π Saya malah sempat berpersepsi kalau nggak ada orang miskin di Singapore. Ternyata nemu dink, nemu pengemis, di Clarke Quay, tapi baru satu itu :p
Jika ditanya apakah saya betah, saya belom bisa jawab betah. Teman se-batch saya bersepuluh, dari Indonesia, Kenya, Vietnam, Nigeria, South Africa, Shanghai. International exposure yang menjanjikan tapi harus membayarnya dengan harga yang mahal : jauh dari semua, jauh dari orang2 yang dekat di hati. Kerinduan yang tak terbendung dan membengaknya tagihan telepon. Saya jadi ingin belajar pada orang2 yang ada disini, bagaimana bisa bertahan dan menikmati semuanya. Bagaimana kita bisa tetap sholat, sementara di kantor dan mall2 nggak ada mushola dan harus cari ruangan meeting yg kosong setiap sholat. Bagaimana tetap bisa puasa dengan khusyu sementara hampir semua karyawan lain nggak puasa dan suasana Ramadhan yang tak terasa.
Pengamen disini harus modal, soalnya ngamennya harus pake alat musik beneran, gak bisa kocrek-kocrek ala pengamen2 di negeri kita. Semua teratur, semua terorganisir, semua aman, tampaknya nggak ada copet. Tapi bukan berarti kita bisa percaya sama semua orang. Yang ini, karena saya mengalami ditipu sama seorang Ibu2 π
Jadi ceritanya, saya menanyakan bus mana yang harus saya gunakan jika saya harus ke Plaza Singapura dari Liang Court. Sebenarnya bisa saja saya lihat di bus map info, tapi saya nggak yakin nama jalannya. Dia pun menyebutkan “54” dengan yakin, mantabh, dan semangat 45. Saya pun naik. Eh, sesudah rada jauh, saya semakin gelisah, koq rasanya ini bus malah belok ke kiri. Semakin jauh, semakin jauh, saya akhirnya turun dari bus. Glekh, saya tersesat di negara kecil, hahaha, nggak gue banget. Trus ada seorang India Pakistan menghampiri, saya pun menjawab pertanyaannya dengan baik, sebelum akhirnya dia memaksa saya menyimpan nomor HP nya. Dia terus mengikuti saya karena saya nggak mau. Akhirnya saya menyeberang, dan langsung naik bus lain ke arah yang berlawanan. Hari itu, akhirnya saya jalan kaki, kira2 45 menit. Alhamdulillah, nyampe apartemen dengan selamat sentausa π
Ohya, hal-hal lucu seputar Singapore juga banyak. Di Orchad – Takashimaya, ada sebuah toko yang menjual sex toys. Namanya House of Condom. Ada begitu banyak variasi barang2 menyerupai jamur, ups! π
Di Singapore, wanita yang nggak pake bra mudah dijumpai, tampaknya pake bra memang bukan bagian dari kebiasaan mereka, hahaha. Tapi yang ini masih butuh survey lebih lanjut π
Week end kemaren, ada teman dari Indonesia yang menyeberang dari Batam, bersama rombongannya. Kerinduan makan makanan Indonesia terobati, si Kiki Bawain mie instan dan chicken wings. Ohya lupa, Tolak Angin. Di Singapore nuggetnya nggak enak, hahaha. Bahkan kebanyakan tempat2 makan Indonesia kurang bercita rasa Indonesia, mungkin karena udah terjadi assimilasi budaya juga diantara chef disini π
Oiya, ada kah yang punya kenalan di Singapore? Kasih tau saya donc, hitung2 punya teman senasib di negeri orang π
Halo, minta ijin untuk memasukkan blog Anda ke daftar agregasi Planet Singapura, http://planet.sg.or.id/ ya? π
MAu mau mau infokan saya cii
Echiooo… wah… jadi ekspat yah di sana.. kereenn… π
wah, pengalaman juga yah, berarti orang2 di singapur gak bisa dipercaya juga yah? serem juga ntar kalo ke sasar dan mau nanya *berarti gue harus nyari polisi aja kalo gitu*
dijemput mercy? woww.. mewah banget yah…
saran gue, lo harus betah di sana. Explore lebih banyak tentang gaya hidup dan kebiasaan orang di sana. Memang sangat berbeda dengan di Indonesia, tapi setidaknya di saat nanti bisa ditularkan kepada bangsa Indonesia sehingga bisa ngalahin Singapur itu π
ntar dikabarin yah, kalo gue kesana. Siapin yah kamar dan list tempat2 yang wajib di kunjungi.
π -cheers-
Yudit
Chi, kalau di Singapur, sebenernya kan banyak juga komunitas muslimnya. Coba cari tahu deh, mungkin via internet. Sapa tahu sekali-kali bisa ketemuan. Justru menurutku ramadhan di negeri orang kerasa banget karena, selama tinggal di negeri yang mayoritas muslim, we take every things for granted. Things become really easy. Ramadhan is more than taking things for granted. It’s keeping our beliefs in any situation.
Shalat mah di mana aja. Hihihi, mau gak ada ruang tertutup shalat aja, kalau ada yang nanya jelasin. Tapi sebenernya coba cari di internet mosque di Singapure karena cukup banyak. Bahkan seingatku di Orchard juga ada musholah, cuma kadang emang mesti keluar mall.
Semoga saranku bisa membantu sedikit yah.
@ Kanda : Bawa Kamu aja donc, whole package ^^
@ Pak Indra : Mari, Pak. Asyik, dapat komunitas baru π
@ Bayu : Masih ada yg perlu ditanya Bay? π
@ Yudit : Gyahahaha, komen lo loecoe banget deh Yud. Dijemput Mercy cuman bagian dari awal cerita koq, biar lebih seru, hahaha. Siaaap, ntar mau kemana gw anter deh *ampe stasiun MRT*
Hahahaha
@ Puti : Puuuttttiiii… Udah koq Put, udah nemu 2 mesjid π
Aku juga udah gabung di IMAS – Muslim Indonesia dan Indo-Sing *komunitas orang Indonesia yg stay/kerja di Spore. So, adikmu ini pasti menemukan jalannya untuk hidup di komunitasnya yang baru π
Makasih Putiii :-*
chi.. inget rahmi ga? rahmi ada beberapa temen di sana.. ada anak biologi 2003 juga namanya rizkabella.. sama suaminya anak elektro 2003 namanya dody.. trus ada juga mantan bos rahmi dulu waktu di sana.. namanya mas restu ramadhan dengan istrinya mbak farida.. tapi rahmi lupa alamat tepatnya mereka dan nama perusahaannya.. coba di-search di facebook aja..
semoga bisa membantu..
Bener banget tuh chi, ngamen disana modal banget pake organ segala:-)….dan gak maksa kayak disini, dikasih sukur gak dikasih ya udeh:-)
BTW, makan disana mahal banget yach, dulu pernah makan siang di mall mana gitu (orchad road) ber-3, habis 700rb-an, kalo disini paling 200rb-an dah mantep tuh!…..
Kapan2 kalo ada jadwal kesana, pasti saya kontak kamu:-)….
Selamat berjuang dinegeri rantau yach!
susah wudhu ga chi?? gw susah loh.. harus bawa botol kemana2..
kalo di kantor ya gitu emang harus cari ruangan meeting kantor..
ya susah solat di mall..apalagi gw pake jilbab.. haha..
bisa lah chie.. kangen dikit tiket pesawat indo sing paling cuma seberapa gaji lo kan.. hehehe..
semangat expat..!!
ahaha, aku inget pengamen itu. asyik dia bawain lagu nya Jason Mraz Chi… π
yang betah ya Echi, be blessed !
Welcome to Singapore. The country that you can speak English “suka-suka”. Anything oso can lah, as long as others can understand.
Udah ngerasain rushing2nya orang Singapore? “kiasu”ly waiting for train? pack like Sardine in MRT or BUS? Sounds familiar with ck ck ck (auntie berdecak ^^)?
Oh yeah, after a while you can memorize “Attention Please, please stand behind the yellow line. Thank You” or “Eating or drinking is not allowed in Station” or “Bila anda ternampak seseorang yang mencurigakan, sila laporkannya kepada kaki tangan kami. Terima Kasih.” haha…
Pesan sponsor “Low Crime doesn’t mean no crime”.
Enjoy Uniquely Singapore.